Pengikut

Buku Ilusi Negara, LibForAll Sudutkan Islam


Buku yang berjudul Ilusi Negara Islam yang menceritakan tentang ekspansi gerakan Islam transnasional di Indonesia, akan diperbanyak di empat negara di dunia yakni Turki, Arab Saudi, Inggris dan Amerika Serikat.

"Saya menilai buku ini sangat bagus karena menceritakan Islam yang sebenarnya," kata C Holland Taylor, pendiri-bersama LibForAll Fundation, saat menghadiri peluncuran buka hasil editorial mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bersama sejumlah pimpinan Nahdatul Ulama (NU) mantan pimpinan Muhammadyah, di Jakarta, Sabtu malam.

Menurut Holland Taylor, buku Ilusi Islam Transnasional itu, adalah suatu ediologi Islam yang membahas tentang kehidupan Islam melalui perjuangan jihad yang diartikan bahwa Islam dengan jihad bukan merupakan kekerasan tetapi Jihad itu adalah usaha yang dilaksanakan oleh kaum muslim dengan cara yang benar tanpa melalui kekerasan.


Buku setebal 321 halaman diterbitkan PT Desantara Utama Media yang bekerja sama dengan LibForAll Fundation, sebuah lembaga non-pemerintah yang memperjuangkan terwujudnya kedamaian, kebebasan, dan toleransi di seluruh dunia yang diilhami oleh warisan tradisi dan budaya bangsa Indonesia.

Ia mengatakan buku yang terbitkan dengan melibatkan sejumlah ulama terkemuka di Indonesia seperti, KH Ahmad Safii Maarif (mantan ketua Muhammadyah), KH Mustofa Bisri dan Azyumarrdi Azra dan Romo Franz Magnis Suseno sebagai salah satu penasihat LibForAll.

Sebagai gambaran LibForAll Foundation, sebuah lembaga nirlaba bermarkas di Indonesia dan AS yang bekerja untuk melawan ekstremisme keagamaan dan menolak penggunaan perjuangan jihad yang dianggap terorisme.

Peluncuran buku tentang Ilusi Negara Islam itu, juga dihadir mantan Wakil Presiden RI Try Sutrisno, Cawapres dari Partai Golkar Wiranto dan mantan Ketua Umum Partai Golkar, Akbar Tanjung.


Mengenal LibForAll

Muslimin terbesar dunia menjadi tujuan utama gerakan penghancur agama ini. Berkedok sebagai Islam Pluralis, Islam Liberalis, Islam Damai, Islam Kultural, dan kedok-kedok lainnya, mereka mencoba mendangkalkan agama Allah ini.

Selain membentuk Jaringan Islam Liberal (JIL), mereka juga melakukan promosi di dunia maya. Salah satunya, mereka membuat situs www.libforall.com yang awalnya (2003) hanya berbahasa Inggris namun beberapa waktu lalu telah pula diluncurkan versi bahasa Indonesia. Tujuannya apa lagi jika bukan untuk memperluas cakupan “jualannya”.

Di halaman pertama kita akan disambut dengan kalimat “LibForAll Foundation adalah sebuah institusi yang berusaha mewujudkan dunia yang damai berdasarkan nilai-nilai luhur agama di bawah bimbingan dan perlindungan Yang Mulia KH. Abdurrahman Wahid dan para ulama lain.”

Masih di halaman yang sama, Associated Press menulis bahwa CEO LibFor All, Holland Taylor, tengah berupaya menghimpun tokoh-tokoh Liberalis dan Pluralis ber-KTP Islam di seluruh dunia untuk membentuk satu jaringan “Muslim Moderat”. Inilah kalimatnya: “Pendiri-bersama LibForAll C. Holland Taylor sedang menghubungkan para pemimpin Muslim moderat dalam sebuah jaringan mercusuar di dalam dunia Islam yang akan mempromosikan toleransi dan kebebasan berpikir dan beribadah. ”

“Kebebasan beribadah” di sini diartikan sebagai “Walau Anda Muslim, Anda bebas memilih mau sholat apa tidak. Itu terserah kepada Anda” Sebab, bukan rahasia umum lagi jika kelompok ini orang-orangnya sering tidak sholat. Sholahuddin Wahid, adik kandung Gus Dur, pernah berkata dalam satu acara, “Saya tahu betul, Gus Dur itu tidak sholat. ”

imageYang kelihatan konyol, terdapat satu kalimat di halaman “Kultur Pop” yang penuh dihiasi tulisan dan gambar band Dewa-19 pimpinan Ahmad Dhani—yang beribu kandung seorang Yahudi-Jerman—yang berbunyi: Kata-kata “Laskar Jihad” berarti “The Warriors of Jihad.” Ia juga merupakan nama sebuah kelompok radikal yang telah bertanggung jawab atas meninggalnya ribuan umat Kristen di Indonesia timur, Maluku dan Sulawesi baru-baru ini, dan telah mengusir setengah jutaan lainnya dari rumah mereka. ”

Yang membuat konyol bukan soal Laskar Jihadnya, karena laskar yang ini pun kita tahu betul apa kerjanya ketika tengah bergelora Jihad di Ambon. Tetapi, kekonyolan yang menganggap pihak Muslim yang harus bertanggungjawab atas matinya ribuan umat Kristen di Maluku dan Sulawesi. Padahal, yang memulai konflik, yang memulai serangan, memulai pembantaian, memulai perkosaan, memulai pengusiran, di Ambon sama sekali bukan umat Islam, tapi non-Muslim. Betapa naifnya kalimat itu.

Situs ini pun tanpa tedeng aling-aling menyatakan kelompok Islam Radikal sebagai kelompok yang diilhami Setan. Lihat saja halaman berjudul “Sebuah ‘Fatwa Musikal’ Melawan Kebencian & Terorisme Religius”.

Bendera perang telah dikibarkan oleh mereka. Genderang telah ditabuh. Umat Islam Indonesia harus dididik agar memahami dengan penuh kesadaran agar bisa menilai mana Islam yang benar dan baik, Islam yang berkiblat ke Makkah, yang Nabinya bernama Muhammad Rasulullah SAW, dan mana Islam made in Amerika yang berkiblat ke Washington dan Pentagon, serta nabinya bernama George W. Bush. Ini merupakan pekerjaan besar yang harus ditunaikan oleh orang-orang yang menyandang sebutan Ustadz dan Ulama. Tinggalkanlah paradigma bahwa umat itu komoditas atau alat untuk mendorong mobil mogok, yang didekati jika sedang diperlukan, namun ditinggal kabur ketika sudah tidak dibutuhkan.

Pengkhianat Muslim

Situs harian Jerusalem Post pada Jum’at (8/12) menurunkan sebuah berita berjudul “Indonesian Peace Delegation Meet With Peres” (Delegasi Perdamaian dari Indonesia Temui Shimon Peres).

Kelima orang Indonesia tersebut berasal dari Yayasan LibForAll, sebuah yayasan swasta yang berasal dari Amerika Serikat yang tujuannya untuk memerangi Islam Kafaah dan mempromosikan Islam yang bersekutu dengan Zionis-Israel. Abdurrahman Wahid menjadi pelindung yayasan LibForAll dan anggotanya antara lain Yeni Wahid, Abdul Munir Mulkhan, Ahmad Dani (Dewa19), dan sederet aktivis JIL lainnya. Perjalanan mereka ke Tanah Palestina yang diduduki Israel bekerjasama dengan Simon Wiesenthal Center, sebuah LSM Amerika pendukung utama Zionisme.

Berita ini ditulis oleh Greer Fay Cashman. Di awal artikelnya Cashman menulis, “Walau tidak ada hubungan diplomatik formal antara Israel dan Indonesia, lima orang anggota Delegasi Perdamaian Indonesia menemui Presiden Israel Shimon Peres, Jum’at (8/12) di Yerusalem. ”

Lima orang tersebut oleh Jerusalem Post dianggap merepresentasikan dua ormas terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah, yang memiliki anggota sebanyak 70 juta rakyat Indonesia, dari 195 juta rakyat Indonesia yang Muslim.

Di depan kelima orang Indonesia, Peres sempat mengatakan bahwa kedatangan mereka akan menimbulkan spekulasi di Indonesia, karena selain Israel tidak memiliki hubungan resmi dengan Indonesia, setiap ada orang Indonesia yang ke Israel selalu saja menjadi berita kontroversi.

Mengatasnamakan Indonesia

C. Holland Taylor, pimpinan dari yayasan LibForAll yang sangat pro-Zionis, menyatakan kepada Peres bahwa Abdurrahman Wahid baru-baru ini mengeluarkan sikap yang menolak dan menentang HAMAS dalam persoalan di Palestina. Taylor juga berkata bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara di dunia di mana HAMAS ditolak oleh ormas Islam terbesar di dunia.

Jpost kembali menulis, “Syfiq Mugni (Syafiq Mugni?), tokoh Muhammadiyah, berbicara dengan Peres yang mengenakan kippa dengan tulisan "shalom" dalam bahasa Ibrani dan Latin, begitu gembira dengan orang-orang Indonesia yang mengunjunginya dan bahkan mereka menyerang HAMAS serta mendukung Zionis-Israel, sehingga Peres mencopot kippa yang dikenakannya dan mengenakannya ke kepala tamunya tersebut.

Pertemuan itu diisi dengan berbagai topik pembicaraan antara lain bidang ekonomi, politik, regional, dan peringatan 60 tahun berdirinya Israel di Tanah Palestina.

Kepada Peres Mugni antara lain menyatakan, “Kita berharap suatu waktu Muslim di Indonesia bisa bersikap lebih toleran dan mengutamakan demokrasi. Hal ini bisa dilakukan antara lain lewat jalur pendidikan, untuk mengubah mental Muslim di Indonesia agar bisa bersikap lebih terbuka. ” Maksudnya jelas, agar Muslim Indonesia bisa menerima Zionis-Israel sebagai sekutu, sama seperti dirinya dan kawan-kawannya dari LibForAll.

Ulama NU yang disebut dengan nama Abul A'la (bisa jadi nama-nama ini merupakan nama alias), mengamini Mugni dan menyatakan bahwa di Indonesia ada segolongan Teroris Muslim. “Namun hal itu tidak mencerminkan keseluruhan Muslim di Indonesia. Kami akan secepatnya menghadapi itu dan mempromosikan Islam yang penuh kedamaian. Kami tidak bisa hidup tanpa kedamaian. ”

Kelima orang Inadonesia ini juga menyatakan bahwa mereka telah mencoba untuk berbicara dengan Kubu Mahmud Abbas yang juga pro Israel agar tercipta kerjasama saling menguntungkan antara Palestina, Israel, dan mereka sendiri. “Kami mendoakan itu, ” ujar Mugni.

Peres bercerita bahwa Juni lalu, di Bali telah diselenggarakan konferensi besar yang menentang sikap Iran atas penafikkannya terhadap Holokous yang dihadiri oleh Gus Dur, dan beberapa tokoh agama lain termasuk dari Israel.

Oktober lalu, tambah Peres, tujuh delegasi wartawan dari Indonesia juga datang ke Israel dan bertemu dengannya.

Kelima orang Indonesia anggota LibForAll itu selama di wilayah pendudukan Zionis-Israel ditemani oleh Dean Rabbi Abraham dari Wiesenthal Center dan C. Holland Taylor, CEO LibForAll. Mereka ikut merayakan ritual Yahudi Hanukka, menikmati tarian di Kiryat Shmona, mengunjungi Betlehem dan juga Masjid Al-Aqsha di Yerusalem, setelah bertemu Peres. Selain itu, mereka juga mengunjungi sebuah sekolah di Sderot dan memantau wilayah Jalur Gaza dari kejauhan. (dakta)

Oleh Redaksi Swaramuslim.net
Kutip dari : http://swaramuslim.net/more.php?id=6257_0_1_0_M

Comments :

1
Khaidirmuhaj mengatakan...
on 

Salam kenal jg....

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya